Ibrani 11:1
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Orang Kristen itu tidak logis. Masa percaya gitu aja sama buku yang ditulis ribuan tahun lalu. Masa percaya kalau ada orang yang bisa menyembuhkan bahkan sampai membangkitkan orang. Orang Kristen itu gak ilmiah, gak kritis karena percaya saja sama klaim kalo ada Pribadi yang tidak kelihatan yang mengatur semuanya. Ada lagi yang bilang, siapa yang menjamin apa yang ditulis di Alkitab tentang berbagai tokoh, termasuk Yesus itu benar? Bisa saja Alkitab itu adalah hasil konspirasi dan rekayasa para tokoh di zaman dulu buat kepentingan tertentu. Komentar dan tuduhan-tuduhan seperti itu bisa dengan mudah kita temuin dimana-mana. Apalagi di Internet yang memungkinkan kita menulis apa saja. Jujura saja, tidak jarang tuduhan-tuduhan itu pun mungkin sempat membuat kita umat Kristiani menjadi tidak berani untuk membantahnya. Atau jangan-jangan benar kalau kita ini gak logis karena percaya saja semua yang ditulis di dalam Alkitab.
Wait! In fact, kalau kita tanya pada mereka yang membuat berbagai tuduhan di atas, apakah bintang dan planet-planet di tata surya itu jumlahnya trilyunan? Apakah benar kecepatan cahaya itu 300.000 km/detik? Apa benar di dalam inti atom itu terdapat proton dan neutron? Kalau mereka setuju dengan semua fakta tersebut, pernahkah mereka membutikannya? Pernah mengukur kecepatan cahaya, melihat atom atau menghitung jumlah bintang dan planet? Bukankah itu juga klaim dari pihak lain? itulah standar ganda yang sering dunia untuk menilai kekristenan.
Namun, kalau kita kembali ke pertanyaan di atas, benarkah kita ini percaya pada Tuhan dan firman-Nya tanpa dasar dan tanpa logika? Kesaksian ribuan orang yang melihat sendiri segala perbuatan Yesus, catatan sejarah tentang-Nya, dan juga penggenapan berbagai nubuat yang ditulis di Alkitab adalah bukti. Dan lebih dari itu, bukti kita yang terutama adalah iman. Kita juga harus mengerti kalau mempunyai iman itu bukan berarti kita menjadi tidak logis, bahkan menolak pemikiran yang rasional, atau bahkan menolah fakta. Faktanya, sebagaimana sudah dijelasin di atas, dalam belajar sains pun, kita perlu "iman" juga. Kita tidak lagi harus menghitung jumlah bintang atau berusaha melihat atom buat menerima fakta ilmiah tadi. Begitu juga yang terjadi dalam menerima kebenaran firman Tuhan. Lebih-lebih lagi, fakta dan kebenaran yang kita dapat itu sudah terbukti selama ribuan tahun dan diilhami oleh Sang Pencipta. Kita tidak perlu ragu lagi sama firman Tuhan, karena iman membuat segalannya menjadi benar.
Jika kamu percaya pada sains, kamu pasti punya iman yang amat kuat - Walter Veith (Ahli Zoologi)
0 comments